SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA/KOYA MEII

Minggu, 29 September 2013

Penembak di Papua Diduga Anggota Goliath Tabuni

Jayapura - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua, Ajun Komisaris Besar Polisi Sulistyo Pudjo Hartono, mengatakan pelaku penembakan mobil Triton bernomor polisi DW 8496 CA pada
Sabtu lalu, 21 September 2013, diduga anggota dari kelompok bersenjata Goliath Tabuni.
"Kami sudah tahu siapa saja pelakunya. Tapi nama mereka masih disimpan untuk mempermudah penyelidikan,” kata Sulistyo, Selasa, 24 September 2013.
Menurut Sulistyo, pelaku diduga remaja berusia 15-16 tahun dan ditemani sekitar empat rekannya. Mereka anak buah Goliath Tabuni.
Penembakan terjadi ketika puluhan mobil sedang beriringan menuju Kota Wamena, Jayawijaya, sekitar 11.00 WIT. Mobil-mobil tersebut membawa warga lokal dan sekitar tujuh anggota TNI Yonif 751. Mereka terdiri dari tiga anggota pos Tingginambut dan empat anggota pos Kolome.
Sekitar pukul 12.06 WIT, mobil yang juga membawa barang milik penumpang itu tiba-tiba dihadang dan ditembaki. Akibat peristiwa itu, seorang sopir bernama Ali tewas dengan luka tembak di kepala.
Sumber Tempo di Puncak Jaya mengungkapkan bahwa pelaku diduga menggunakan pistol dalam melakukan aksinya.
Pada pukul 12.30 WIT, anggota Pos Kolome Yonif 751 berjumlah enam orang tiba di lokasi penembakan dan kemudian mengevakuasi korban dengan menggunakan dua mobil. ”Ini merupakan tindakan pidana, karena terjadi pembunuhan,” ujar Sulistyo.
Berdasarkan hasil olah tempat terjadinya perkara, ditemukan satu selongsong peluru. Namun, belum dapat dipastikan jenis dan kalibernya. ”Aparat reserse masih menyelidikinya,” ucap Sulistyo.

Rakyat Papua menderita, KPK diminta periksa pejabat Papua

Selama 10 tahun terakhir, pemerintah telah mengucurkan dana senilai lebih dari Rp 33,68 triliun untuk Papua. Sayangnya, dana sebanyak itu, tak membuat pembangunan di Papua layaknya kota besar lain.

Mantan Direktur Jamsostek Papua Pieter Nuki Ndoken mengatakan, ada yang salah dengan jumlah dana yang diterima Papua dibanding dengan pembangunan Papua yang sangat miris tersebut. Karena itu, ia meminta agar, jumlah dana dari pemerintah yang diterima oleh gubernur dan bupati di Papua harus ditelusuri ke mana perginya.

Dia berharap, dalam mengungkap aliran dana tersebut, KPK turun langsung membantu. Dia juga meminta agar KPK berani memeriksa pejabat tinggi di Papua.

"Masyarakat Papua menginginkan agar KPK memeriksa semua pejabat di Papua, ini harus dilakukan. Selama ini kan cuma wacana saja, ada apa ini. Mereka takut periksa pejabat di Papua," kata Pieter dalam sebuah diskusi bertajuk 'Pembangunan Kesejahteraan Papua Yang Masih Terseok-seok' di Gedung DPD, Jumat (27/9).

Pieter menjelaskan, sebenarnya persoalan utama masyarakat Papua adalah permasalahan kesejahteraan. Sebagai Ketua Lembaga Independen untuk Himpun Dana Sosial Papua, Pieter menyebut bahwa setidaknya pemerintah bisa mengawali dengan menjamin tersedianya dana kesejahteraan sosial bagi masyarakat Papua.

Dia menambahkan, jaminan dana kesejahteraan itu harus disertai bukti yang jelas bahwa dana itu menyentuh Papua secara langsung, bukan hanya diberikan kepada bupati dan gubernur. Sebab ia mencium, ada penyalahgunaan dalam penyaluran dana APBN ke Papua.

"Sementara masyarakat tidak menerima bantuan, saya kira kalau Papua tidak ingin lepas dari NKRI maka pemerintah harus memeriksa pejabat di sana, periksa ke mana itu pergi uangnya," tegas dia.

Apabila pemerintah masih bersikap seperti saat ini, tambah dia, bukan tidak mungkin rakyat Papua semakin mendesak agar pulau terluar di bagian Timur Indonesia itu semakin menjerit untuk merdeka dan berpisah dari NKRI.

"Kalau begini, maka pemerintah membuka peluang bagi kami untuk lepas dari NKRI. Kami meminta pemerintah menjembatani kami dengan bupati dan gubernur di Papua sehingga kami bisa menjawab persoalan di sana," pungkasnya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons