Yogyakarta- Aliansi Mahasiswa Papua di Yogyakarta menuntut
penarikan unsur militer baik TNI maupun Polri dari seluruh wilayah Papua
sebagai syarat terbukanya ruang demokrasi bagi masyarakat setempat.
"Kami menginginkan kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri bagi
seluruh rakyat papua. Itulah satu-satunya solusi yang demokratis,"kata
Ketua Umum Komite Pimpinan Pusat Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Rinto
Kogoya kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat.
Rasa kebebasan itu, menurut dia , bisa diwujudkan apabila dilakukan
penarikan TNI dan Polri baik dari unsur organik dan non organik dari
seluruh wilayah Papua.
Tuntutan tersebut, menurut Rinto, juga dipicu dari terjadinya
berbagai insiden penembakan yang telah dilakukan pihak militer pada 1
Mei lalu, kepada rakyat sipil di Kabupaten Sorong dan Biak Numfor.
Penembakan yang dilakukan oleh pihak militer itu, kata dia,
mengakibatkan dua warga sipil meninggal dunia dan tiga luka-luka.
"Tanggal 1 Mei di saat masyarakat Papua sedang merayakan 50 tahun
Aneksasi, malah ada pnembakan.ini adalah contoh tindakan intimidasi
secara psikologis,"katanya.
Pihak masyarakat Papua, menurut dia, hingga saat ini menginginkan
terbukanya ruang-ruang demokrasi untuk bertukar fikiran demi
menghidupkan aspirasi masyarakat setempat.
"Sehingga terbukanya aspirasi masyarakat itu tentunya harus dijauhkan
dari situasi intimidatif, yang setiap hari dirasakan masyarakat
Papua,"katanya.
Ia mengatakan seharusnya pemerintah mengabulkan permintaan masyarakat
Papua apabila menginginkan masyarakat setempat lebih dekat dengan
Indonesia.
"Bagaimana dekat, kalau rasa kebebasan itu juga tidak bisa diberikan,"katanya.
Otonomi khusus (Otsus) yang diberlakukan di Papua, menurut dia, juga
belum bisa dianggap sebagai solusi akhir. Sebab hingga saat ini Otsus
belum bisa memunculkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
"Jangan dianggap kalau sedah diterpakan Otsus, persoalan selesai,"katanya.
Menurut dia, apabila pemerintah Indonesia tidak dapat mengabulkan
permintaan itu, upaya untuk mengajukan ke tingkat Persatuan Bangsa
Bangsa (PBB), bisa dilakukan.
Menurut dia, upaya tersebut dilakukan agar juga dapat memperoleh perhatian dari dunia Internasional.
"Mungkin opsi pengaduan ke tingkat PBB bisa dilakukan. Kalau pemerintah Indonesia terus melakukan pembiaran,"katanya.(tp)
0 komentar:
Posting Komentar