![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGEB6e6KOvapUsOAbC852SKXG_Inj7Brs2dmti1MXFG3nAsBSBnwZEsXtjeRfouJU9s8R3vPXjCS7KB6wwiH2HWV1oEsymxKEPUJ4qmEuiT8QNxfzI5sx1agRDB82ynR8XVCDDDbFnSdkJ/s1600/banjir-di-sulawesi-utara-13-korban-tewas-dan-40000-mengungsi.jpg)
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kombinasi antara faktor alam dan antropogenik yang menjadi pemicu terjadinya banjir bandang dan longsor yang masif di Sulawesi Utara pada Rabu (15/1).
Berdasarkan data yang dihimpun dari BPBD Sulut, Sutopo menjelaskan, di Kota Manado 5 korban tewas, 1 orang hanyut belum ditemukan (Veber Sony Lowing). Sementara di Kota Tomohon 5 orang tewas. Kemudian di Minahasa 3 orang tewas, 1 orang hilang (Niko, 54), dan 1 orang luka berat.
Di Kabupaten Minahasa Utara, 3 desa dengan 1.000 jiwa terisolir akibat banjir dan longsor. Sedangkan di Kepulauan Sangihe, beberapa rumah tertimbun longsor. "Diperkirakan sekitar 40 ribu warga mengungsi ke tempat yang aman," ujar Sutopo.
Dia memaparkan, hujan deras dipicu oleh sistem tekanan rendah di perairan selatan Filipina yang menyebabkan pembentukan awan intensif. Selain itu juga adanya konvergensi dampak dari tekanan rendah di utara Australia sehingga awan-awan besar masuk ke wilayah Sulut.
"4 Sungai besar di Kota Manado meluap dan menghanyutkan puluhan rumah dan kendaraan. Bencana kali ini lebih besar daripada sebelumnya yang pernah terjadi pada tahun 2000 yang menyebabkan 22 tewas, dan Februari 2013 yang menyebabkan 17 tewas," imbuhnya.
Saat ini, lanjut Sutopo, BPBD Prov Sulut berkoordinasi dengan BPBD Kab/Kota, TNI, Polri, SAR, RAPI, Tagana, PMI, relawan dan lainnya bersama-sama membantu mengevakuasi masyarakat.
"Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi penanganan darurat. Logistik dan peralatan di BPBD dikerahkan seperti dapur umum, perahu karet, tenda, matras, selimut, makanan dll. Kebutuhan mendesak: perahu karet, tenda, matras, selimut, makanan, pakaian dan kebutuhan dasar. Posko sudah didirikan di beberapa tempat," pungkas Sutopo.