Pimpinan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Buchtar Tabuni dan juru
bicaranya Wim Rocky Medlama, masuk daftar pencarian orang Polda Papua
guna mempertanggungjawabkan aksi demo anarkis pada Selasa (26/11) di
Kota Jayapura.
Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw
kepada wartawan di Jayapura, Rabu (4/12), mengatakan, Buchtar Tabuni dan
Wim Rocky Medlama telah diminta untuk memberikan keterangan terkait
demo akhir bulan lalu. "Kami mencari dan ingin minta keterangan dari dua
orang yang sudah dimasukkan DPO itu," katanya seperti dikutip Antara.
Berdasarkan
laporan dan data yang ada, Buchtar Tabuni dan Wim Rocky Medlama paling
terlibat dalam mengorganisasikan massa KNPB untuk gelar demo di
Expi-Waena yang berujung ricuh.
Pada saat demo tersebut, lanjut
mantan Kapolresta Jayapura itu, massa KNPB telah melukai sejumlah warga,
merusak fasilitas umum dan rumah warga serta meresahkan warga Kota
Jayapura. "Saya harap kedua orang ini bisa segera datang untuk
memberikan keterangan terkait demo pekan kemarin," katanya.
Paulus
juga mengakui bahwa berdasarkan keterangan dari sejumlah massa KNPB
yang ditahan polisi, mengakui bahwa Buchtar Tabuni yang pernah dipenjara
di Lapas Abepura adalah pemimpin. Sementara Wim Rocky Medlama adalah
juru bicara dan orang yang mengoordinir massa bersama-sama dengan
Buchtar.
"Kami tahu bahwa Buchtar masih ada di Kota Jayapura. Dan harapan kami agar segera menyerahkan diri," katanya.
Pada
Selasa (26/11), ratusan massa KNPB menggelar demo di Expo-Waena,
Distrik Heram, Kota Jayapura. Demo tersebut tidak mendapatkan izin
karena KNPB adalah organisasi ilegal.
Massa KNPB semula berdemo
di dalam anjungan Expo-Waena, tetapi tiba-tiba mereka keluar dan turun
ke arah jalan kemudian memukul dan menikam sejumlah warga dan tukang
ojek. Buntutnya sembilan orang sempat dirawat di RS Dian Harapan.
Pada
Rabu dini hari, satu korban yang berprofesi tukang ojek meninggal di RS
Dian Harapan setelah enam hari lamanya menjalani masa kritis akibat
trauma senjata tajam di beberapa bagian tubuh.
0 komentar:
Posting Komentar